Minggu, 20 Maret 2016

Puisi C I N T A


C I N T A
 
Jangan memalingkan wajahmu
Hanya untuk mendapatkan perhatianmu
Namun,
Itu hanya expetasi ...
 
Cinta,
Kadang bertepuk sebelah tangan
Seperti lagu “baru kusadari cintaku bertepuk sebelah tangan”
Kadang juga bikin kangen
Iyaa, kangen kamu
 
Cinta,
Kadang gelap gulita
Sepi, sunyi ...
Hanyut,
Dalam desiran ombak pantai ...
 
Cinta terkadang aku tak mengerti ...
Namun, selalu berdetak bila di dekatmu ...
Apakah ini cinta?
Apa ini namanya jatuh cinta?

Selasa, 15 Maret 2016

METODE PENELITIAN SEMIOTIKA

METODE PENELITIAN SEMIOTIKA

A.    Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini bersifat deskripsi kualitatif dengan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes. Sebagai sebuah penelitian deskriptif, penelitian ini hanya memaparkan situasi atau wacana, tidak mencari hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Data dalam penelitian ini adalah data kualitatif (data yang bersifat tanpa angka-angka atau bilangan), sehingga data bersifat kategori substansif yang kemudian diinterpretasikan dengan rujukan, acuan, dan referensi-referensi ilmiah. Peneliti memakai analisa semiotika Roland Barthes karena peneliti berusaha menginterpretasikan dan memaknai tanda-tanda untuk mempresentasikan pesan yang disampaikan dalam iklan serta perilaku para pelakon iklan tersebut dengan menggunakan tatanan penandaan Roland Barthes.

B.    Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dengan metode analisis semiotik. Semiotik disebut sebagai ilmu tentang tanda. Semiotik merupakan studi mengenai arti dan analisis dari kejadian-kejadian yang menimbulkan arti (meaning-producing event). Ilmu atau metode analisis yang mengkaji tanda yang disebut semiotika pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate).

Memaknai adalah bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek- objek tersebut akan berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda. Dipilih sebagai metode penelitian karena semiotik bisa memberikan ruang yang luas untuk melakukan interpretasi terhadap iklan sehingga pada akhirnya bisa didapatkan makna yang tersembunyi dalam sebuah iklan.

Metode analisis pendekatan semiotik bersifat interpretatif kualitatif, maka secara umum teknik analisis datanya menggunakan alur yang lazim digunakan dalam metode penulisan kualitatif, yakni mengidentifikasi objek yang diteliti untuk dipaparkan, dianalisis, dan kemudian ditafsirkan maknanya.

C.     Definisi Konsep
Definisi konsep dalam penelitian ini adalah:
1.     Pesan linguistik (semua kata dan kalimat dalam iklan)Nuansa khas yang muncul dari kata-kata pada iklan tersebut.
2.     Pesan Ikonik Yang TerkodekanPemahaman langsung dari gambar dan pesan dalam iklan
3.     Pesan Ikonik Yang Tak TerkodekanKonotasi yang muncul dalam iklan, yang hanya dapat berfungsi jika dikaitkan dengan system tanda yang lebih luas dalam masyarakat. Pesan ikonik yang tak terkodekan ini merupakan konotasi visual yang diturunkan dari penataan elemen-elemen visual dalam iklan.
4.     Makna Pesan Generasi PenerusDalam hal ini adalah makna suatu generasi di masa mendatang yang akan melanjutkan suatu kepemimpinan atau status atau peran sosial di tataran masyarakat.

D.    Fokus Penelitian
Penelitian ini akan memaknai tanda-tanda yang digunakan untuk mempresentasikan perilaku pemain. Bentuk representasi yang akan diteliti adalah:
1.     Simbol-simbol atau tanda-tanda visual yang terdapat dalam iklan.
2.     Tanda-tanda linguistik (bahasa/dialog) yang terdapat pada iklan.
3.     Makna generasi penerus yang terdapat di balik tanda atau simbol audio visual.

E.     Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.     Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah iklan Susu Nutrilon Royal Versi ” Life Starts Here” yang ditayangkan di sejumlah stasiun televisi Indonesia.
2.     Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini didapat dari studi literatur (buku, koran, majalah, artikel, dan lain-lain) dan internet.

F.     Teknik Pengumpulan Data
1.     Pengamatan (observasi)
Pada tahap ini dilakukan pengamatan langsung terhadap iklan yang telah didokumentasikan. Proses pengamatan yang dilakukan adalah pengamatan terhadap iklan susu Nutrilon Royal versi “Life Starts Here” yang ditayangkan di televisi Indonesia. Adapun yang akan diamati secara lebih mendalam, tentu saja mengenai bagaimana peneliti memaknai makna generasi penerus di balik unsur-unsur yang terdapat di iklan.
2.     Pendokumentasian
Iklan di televisi yang akan diteliti didokumentasikan dengan merekamnya dalam bentuk vcd dan foto melalui kamera dan di print serta ditampilkan dalam bentuk lay out.
3.     Studi Pustaka
Melalui pencarian literatur-literatur dari beberapa buku pendukung yang berhubungan dengan ilmu komunikasi, iklan dan semiotika untuk mencari informasi yang penting. Selain itu data-data juga diperoleh dari kamus, internet dan lain-lain, yang dapat mendukung dan relevan untuk digunakan dalam penelitian ini.

G.    Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu dengan menggunakan semiotika dengan pendekatan Barthes. Dalam penelitian ini data akan dianalisis dengan menggunakan tatanan penandaan Barthes yaitu:
1.     Denotasi
Merupakan pemahaman terhadap apa yang ada dalam gambar.
2.     Konotasi
Makna yang ada di balik gambar.
3.     Metafora
Penganalogian suatu identitas
4.     Simile
Subkategori metafora yang menggunakan kata-kata “seperti”
5.     Metonimi
Asosiasi yang dibuat dengan cara menghubungkan sesuatu yang kita ketahui dengan sesuatu yang lain.
6.     Sinekdok
Subkategori metonimi yang mana sebuah bagian digunakan untuk mengasosiasikan keseluruhan bagian tersebut.


Iklan ini akan diungkapkan berdasarkan unit-unit gambarnya dengan menggunakan metode semiotika Roland Barthes. Dengan metode yang ditawarkan Barthes ini peneliti akan membongkar isi pesan dalam iklan, yaitu dengan obyek penelitiannya berupa tanda-tanda dan simbol-simbol yang muncul dalam unsur-unsur iklan di media televisi. Dimana kita ketahui bahwa televisi memiliki dua aspek yaitu audio dan visual. Untuk mengetahui makna dari tanda- tanda yang ditampilkan dari kedua aspek tersebut, maka peneliti membuat instrumen penelitian yang meliputi tokoh, ekspresi tokoh, setting, kata-kata, penampilan fisik model, suara, sound effect, dll.

Minggu, 13 Maret 2016

Teori Difusi Inovasi

Difusi Inovasi adalah teori tentang bagaimana sebuah ide dan teknologi baru tersebar dalam sebuah kebudayaan. Teori ini dipopulerkan oleh Everett Rogers pada tahun 1964 melalui bukunya yang berjudul Diffusion of Innovations. Ia mendefinisikan difusi sebagai proses di mana sebuah inovasi dikomunikasikan melalui berbagai saluran dan jangka waktu tertentu dalam sebuah sistem sosial.
Inovasi merupakan ide, praktik, atau objek yang dianggap baru oleh manusia atau unit adopsi lainnya. Teori ini meyakini bahwa sebuah inovasi terdifusi ke seluruh masyarakat dalam pola yang bisa diprediksi. Beberapa kelompok orang akan mengadopsi sebuah inovasi segera setelah mereka mendengar inovasi tersebut. Sedangkan beberapa kelompok masyarakat lainnya membutuhkan waktu lama untuk kemudian mengadopsi inovasi tersebut. Ketika sebuah inovasi banyak diadopsi oleh sejumlah orang, hal itu dikatakan exploded atau meledak.
Difusi inovasi sebenarnya didasarkan atas teori pada abad ke 19 dari seorang ilmuwan Perancis, Gabriel Tarde. Dalam bukunya yang berjudul “The Laws of Imitation” (1930), Tarde mengemukakan teori kurva S dari adopsi inovasi, dan pentingnya komunikasi interpersonal. Tarde juga memperkenalkan gagasan mengenai opinion leadership , yakni ide yang menjadi penting di antara para peneliti efek media beberapa dekade kemudian. Tarde melihat bahwa beberapa orang dalam komunitas tertentu merupakan orang yang memiliki ketertarikan lebih terhadap ide baru, dan dan hal-hal teranyar, sehingga mereka lebih berpengetahuan dibanding yang lainnya. Orang-orang ini dinilai bisa memengaruhi komunitasnya untuk mengadopsi sebuah inovasi.

Elemen
Elemen dalam teori difusi inovasi ini terdiri dari: inovasi, tipe saluran komunikasi, tingkat adopsi, dan sistem sosial.

Tahapan peristiwa yang menciptakan proses difusi
1.    Mempelajari Inovasi: Tahapan ini merupakan tahap awal ketika masyarakat mulai melihat, dan mengamati inovasi baru dari berbagai sumber, khususnya media massa. Pengadopsi awal biasanya merupakan orang-orang yang rajin membaca koran dan menonton televisi, sehingga mereka bisa menangkap inovasi baru yang ada. Jika sebuah inovasi dianggap sulit dimengerti dan sulit diaplikasikan, maka hal itu tidak akan diadopsi dengan cepat oleh mereka, lain halnya jika yang dianggapnya baru merupakan hal mudah, maka mereka akan lebih cepat mengadopsinya. Beberapa jenis inovasi bahkan harus disosialisasikan melalui komunikasi interpersonal dan kedekatan secara fisik.
2.    Pengadopsian: Dalam tahap ini masyarakat mulai menggunakan inovasi yang mereka pelajari. Diadopsi atau tidaknya sebuah inovasi oleh masyarakat ditentukan juga oleh beberapa faktor. Riset membuktikan bahwa semakin besar keuntungan yang didapat, semakin tinggi dorongan untuk mengadopsi perilaku tertentu. Adopsi inovasi juga dipengaruhi oleh keyakinan terhadap kemampuan seseorang. Sebelum seseorang memutuskan untuk mencoba hal baru, orang tersebut biasanya bertanya pada diri mereka sendiri apakah mereka mampu melakukannya. Jika seseorang merasa mereka bisa melakukannya, maka mereka akan cenderung mangadopsi inovasi tersebut. Selain itu, dorongan status juga menjadi faktor motivasional yang kuat dalam mengadopsi inovasi. Beberapa orang ingin selalu menjadi pusat perhatian dalam mengadopsi inovasi baru untuk menunjukkan status sosialnya di hadapan orang lain. Adopsi inovasi juga dipengaruhi oleh nilai yang dimiliki individu tersebut serta persepsi dirinya. Jika sebuah inovasi dianggapnya menyimpang atau tidak sesuai dengan nilai yang ia anut, maka ia tidak akan mengadopsinya. Semakin besar pengorbanan yang dikeluarkan untuk mengadopsi sebuah inovasi, semakin kecil tingkat adopsinya.[3]
3.    Pengembangan Jaringan Sosial: Seseorang yang telah mengadopsi sebuah inovasi akan menyebarkan inovasi tersebut kepada jaringan sosial di sekitarnya, sehingga sebuah inovasi bisa secara luas diadopsi oleh masyarakat. Difusi sebuah inovasi tidak lepas dari proses penyampaian dari satu individu ke individu lain melalui hubungan sosial yang mereka miliki. Riset menunjukkan bahwa sebuah kelompok yang solid dan dekat satu sama lain mengadopsi inovasi melalui kelompoknya. Dalam proses adopsi inovasi, komunikasi melalui saluran media massa lebih cepat menyadaran masyarakat mengenai penyebaran inovasi baru dibanding saluran komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal memengaruhi manusia untuk mengadopsi inovasi yang sebelumnya telah diperkenalkan oleh media massa.

Lima tahap proses adopsi
1.    Tahap pengetahuan: Dalam tahap ini, seseorang belum memiliki informasi mengenai inovasi baru. Untuk itu informasi mengenai inovasi tersebut harus disampaikan melalui berbagai saluran komunikasi yang ada, bisa melalui media elektronik, media cetak , maupun komunikasi interpersonal di antara masyarakat
2.    Tahap persuasi: Tahap kedua ini terjadi lebih banyak dalam tingkat pemikiran calon pengguna. Seseorang akan mengukur keuntungan yang akan ia dapat jika mengadopsi inovasi tersebut secara personal. Berdasarkan evaluasi dan diskusi dengan orang lain, ia mulai cenderung untuk mengadopsi atau menolak inovasi tersebut.
3.    Tahap pengambilan keputusan: Dalam tahap ini, seseorang membuat keputusan akhir apakah mereka akan mengadopsi atau menolak sebuah inovasi. Namun bukan berarti setelah melakukan pengambilan keputusan ini lantas menutup kemungkinan terdapat perubahan dalam pengadopsian.
4.    Tahap implementasi: Seseorang mulai menggunakan inovasi sambil mempelajari lebih jauh tentang inovasi tersebut.
5.    Tahap konfirmasi: Setelah sebuah keputusan dibuat, seseorang kemudian akan mencari pembenaran atas keputusan mereka. Apakah inovasi tersebut diadopsi ataupun tidak, seseorang akan mengevaluasi akibat dari keputusan yang mereka buat. Tidak menutup kemungkinan seseorang kemudian mengubah keputusan yang tadinya menolak jadi menerima inovasi setelah melakukan evaluasi.

Kategori pengadopsi
Rogers dan sejumlah ilmuwan komunikasi lainnya mengidentifikasi 5 kategori pengguna inovasi :
1.    Inovator: Adalah kelompok orang yang berani dan siap untuk mencoba hal-hal baru. Hubungan sosial mereka cenderung lebih erat dibanding kelompok sosial lainnya. Orang-orang seperti ini lebih dapat membentuk komunikasi yang baik meskipun terdapat jarak geografis. Biasanya orang-orang ini adalah mereka yang memeiliki gaya hidup dinamis di perkotaan yang memiliki banyak teman atau relasi.
2.    Pengguna awal: Kelompok ini lebih lokal dibanding kelompok inovator. Kategori adopter seperti ini menghasilkan lebih banyak opini dibanding kategori lainnya, serta selalu mencari informasi tentang inovasi. Mereka dalam kategori ini sangat disegani dan dihormati oleh kelompoknya karena kesuksesan mereka dan keinginannya untuk mencoba inovasi baru.
3.    Mayoritas awal: Kategori pengadopsi seperti ini merupakan mereka yang tidak mau menjadi kelompok pertama yang mengadopsi sebuah inovasi. Sebaliknya, mereka akan dengan berkompromi secara hati-hati sebelum membuat keputusan dalam mengadopsi inovasi, bahkan bisa dalam kurun waktu yang lama. Orang-orang seperti ini menjalankan fungsi penting dalam melegitimasi sebuah inovasi, atau menunjukkan kepada seluruh komunitas bahwa sebuah inovasi layak digunakan atau cukup bermanfaat.
4.    Mayoritas akhir: Kelompok zang ini lebih berhati-hati mengenai fungsi sebuah inovasi. Mereka menunggu hingga kebanyakan orang telah mencoba dan mengadopsi inovasi sebelum mereka mengambil keputusan. Terkadang, tekanan dari kelompoknya bisa memotivasi mereka. Dalam kasus lain, kepentingan ekonomi mendorong mereka untuk mengadopsi inovasi.
5.    Laggard: Kelompok ini merupakan orang yang terakhir melakukan adopsi inovasi. Mereka bersifat lebih tradisional, dan segan untuk mencoba hal hal baru. Kelompok ini biasanya lebih suka bergaul dengan orang-orang yang memiliki pemikiran sama dengan mereka. Sekalinya sekelompok laggard mengadopsi inovasi baru, kebanyakan orang justru sudah jauh mengadopsi inovasi lainnya, dan menganggap mereka ketinggalan zaman.

Bryan, Jennings, & Thompson, Susan .(2002). Fundamentals of Media Effects
Rogers, Everett, M. (2003). Diffusions of Innovations; Fifth Edition. Simon & Schuster Publisher
Turner, West. (2007). Introducing Communication Theory; Analysis and Application, Third Edition;McGraw Hill