merupakan sebuah teori dalam psikologi sosial
yang membahas mengenai perasaan ketidaknyamanan seseorang akibat sikap,
pemikiran, dan perilaku yang saling bertentangan dan memotivasi seseorang untuk
mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan tersebut. Istilah disonansi
kognitif pertama kali dipopulerkan oleh seorang psikolog
bernama Leon Festinger
pada tahun 1950an.
Teori disonansi kognitif memiliki sejumlah
anggapan atau asumsi dasar diantaranya adalah:
Manusia memiliki hasrat akan adanya konsistensi
pada keyakinan, sikap, dan perilakunya. Teori ini menekankan sebuah model
mengenai sifat
dasar dari manusia yang mementingkan adanya stabilitas
dan konsistensi.
Disonansi diciptakan oleh inkonsistensi biologis.
Teori ini merujuk pada fakta-fakta harus tidak konsisten secara psikologis
satu dengan lainnya untuk menimbulkan disonansi kognitif.
Disonansi adalah perasaan tidak suka yang
mendorong orang untuk melakukan suatu tindakan dengan dampak-dampak yang tidak
dapat diukur.
Teori ini menekankan seseorang yang berada dalam disonansi memberikan keadaan
yang tidak nyaman, sehingga ia akan melakukan tindakan untuk keluar dari
ketidaknyamanan tersebut.
Disonansi akan mendorong usaha untuk memperoleh konsonansi
dan usaha
untuk mengurangi disonansi. Teori ini beranggapan bahwa rangsangan disonansi
yang diberikan akan memotivasi seseorang untuk keluar dari inkonsistensi
tersebut dan mengembalikannya pada konsistensi.
Salah satu contoh dari disonansi kognitif adalah
fabel
dari Aesop
yang berjudul "Serigala dan Anggur". Dikisahkan seekor serigala lewat
didekat sebuah pohon anggur. Serigala tersebut lapar dan tergiur akan anggur
ranum itu namun tidak sanggup mengambilnya. Karena kecewa tidak bisa
mendapatkan anggur, ia kemudian pergi dengan beranggapan bahwa anggur tersebut
pastilah masam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar