Teori perubahan sikap memberikan penjelasan
bagaimana sikap seseorang terbentuk dan bagaimana sikap itu dapat berubah
melalui proses komunikasi dan bagaimana sikap itu dapat mempengaruhi sikap
tindak atau tingkah laku seseorang. Teori perubahan sikap ini antara lain
menyatakan bahwa seseorang akan mengalami ketidaknyamanan di dalam dirinya
(mental discomfort) bila ia dihadapkan pada informasi baru atau informasi yang
bertentangan dengan keyakinannya. Keadaan tidak nyaman disebut dengan istilah
disonansi, yang berasal dari kata dissonance, yang berarti ketidakcocokan atau
ketidaksesuaian sehingga disebut juga dengan teori disonansi. Orang akan
berupaya secara sadar atau tidak untuk membatasi atau mengurangi
ketidaknyamanan ini melalui tiga proses selektif, yaitu penerimaan informasi
selektif, ingatan selektif, dan persepsi selektif.
Teori lain yang muncul pada periode efek
terbatas adalah teori reinforcement atau teori penguatan dari Joseph Klapper.
Dalam buku nya The Effect Of Mass Communication, teori penguatan yang
disusunnya berdasarkan berbagai bukti ilmiah dalam ilmu sosial yang berkembang
sebelum tahun1960-an. Klapper sendiri menyebut teorinya dengan nama
phenomenistic theory, namun orang lebih sering menyebutnya dengan teori
penguatan karena menekankan pada kekuatan media yang terbatas.
Menurut Klapper (1960), komunikasi massa
bukanlah penyebab yang cukup kuat untuk menimbulkan efek bagi audien, pengaruh
komunikasi massa terjadi melalui berbagai faktor dan pengaruh perantara.
Berbagai faktor perantara menjadikan komunikasi massa sebagai salah satu agen
yang memberikan kontribusinya bagi timbulnya efek pada diri audien, namun bukan
satu-satunya penyebab utama. Pemikiran Klapper mengenai efek terbatas media
massa disusun sebelum tahun 1960, yaitu ketika televisi belum menjadi media
massa. Di Indonesia, bahkan televisi ketika itu belum diketahui wujudnya
seeperti apa, namun pada tahun1960-an, televisi mulai menjadi media massa di
Amerika, yang berarti sebagian besar masyarakat sudah menggunakan televisi.
Kehadiran televisi sebagai media massa baru ternyata memberikan efek besar
kepada masyarakat, terutama yang berasal dari tayangan kekerasan yang
menyebabkan meningkatnya tindak kekerasan di kalangan masyarakat. Menurut
Elisabeth Noelle-Neumann, media massa memberikan efek terbatas kepada audien
tidak dapat dipertahankan lagi.
James Potter mengemukakan beberapa efek tayangan
televisi terhadap khalayak. Menurutnya, menonton tayangan kekerasan di televisi
dalam jangka pendek menimbulkan sikap agresif, ketakutan dan perasaan tidak
sensitif dan dalam jangka panjang akan meningkatkan agresivitas, perasaan
ketakutan (menjadi korban kejahatan), dan penerimaan yang semakin besar
terhadap tindak kekerasan. Namun, Potter menyatakan bahwa hasil penelitiannya
tidak serta merta mendukung kembalinya kekuatan media massa seperti pada era
masyarakat massa karena efek tersebut dimediasi oleh faktor yang bersifat
individual, situasional, institusional, dan juga faktor pesan, dan kesemuanya
menjadikan gambaran terjadinya efek menjadi kompleks. Ia menegaskan bahwa kekuatan
media tidak dapat diabaikan, ia menyerukan suatu pendekatan sistematis yang
memperhatikan keseluruhan faktor dan juga metode yang menerima definisi
kekerasan dan efek yang lebih lengkap.
Daftar Pustaka : “Teori Komunikasi Massa”.
Morissan, M.A., Dr. Andy Corry Wardhani,
M.Si., Dr.Farid Hamid U, M.Si.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar